Sumenep – Pilihan untuk mendukung seorang pemimpin adalah cerminan harapan masyarakat terhadap arah pembangunan dan kesejahteraan daerah.
Dalam konteks ini, sebagaimna yang disampaikan Bambang Hodawi, SH atau yang dikenal Biang Lala bahwa Fauzi adalah figur yang pantas mendapatkan kepercayaan untuk melanjutkan kepemimpinannya di Sumenep.
Hal ini bukan hanya karena sikapnya yang peduli dan dekat dengan masyarakat, tetapi juga kemampuannya memahami prioritas pembangunan yang menyentuh kebutuhan rakyat secara langsung.
Fauzi dikenal sebagai pemimpin yang tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, meskipun kerap berada di bawah tekanan dari berbagai pihak.
Sikapnya yang tenang dan penuh pertimbangan menunjukkan integritasnya sebagai pemimpin yang tidak tunduk pada desakan golongan tertentu, termasuk mereka yang sering menggunakan moralitas sebagai alat politik.
Salah satu contoh nyata adalah keputusannya untuk tidak serta-merta mencabut izin hiburan atau diskotek, meskipun ada desakan kuat dari sebagian kalangan.
Langkah ini sering disalahpahami sebagai bentuk kelalaian. Namun, sebenarnya Fauzi memahami bahwa kebijakan seperti itu tidak boleh diambil secara serampangan.
Fauzi menyadari bahwa akar masalah moralitas tidak semata-mata berasal dari hiburan malam, melainkan dari kompleksitas sosial yang lebih dalam.
Fenomena seperti kejahatan seksual yang dilakukan oleh tokoh agama atau pengasuh pondok pesantren, sebagaimana pernah terungkap, menunjukkan bahwa moralitas tidak eksklusif diukur dari siapa yang pergi ke diskotek atau siapa yang meminum alkohol.
Justru, Fauzi mengajak masyarakat untuk lebih bijaksana dalam melihat persoalan ini.
Fauzi mengingatkan bahwa tidak semua yang berlabel religius otomatis bermoral, dan tidak semua yang menikmati hiburan malam pantas dicap sebagai amoral.
Kepemimpinan Fauzi adalah contoh keberanian untuk tetap berpihak kepada akal sehat, meskipun itu mungkin tidak selalu populer.
Fauzi memilih untuk fokus pada membangun Sumenep yang lebih inklusif, dengan kebijakan yang berpijak pada realitas sosial, bukan sekadar moralitas sempit yang sering dijadikan alat penghakiman.
Kita sebagai masyarakat Sumenep harus mulai berpikir lebih rasional dalam menilai seorang pemimpin.
Pemimpin bukanlah sosok sempurna, tetapi yang terpenting adalah mereka yang memiliki keberanian, empati, dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan untuk kebaikan bersama.
Dukungan terhadap Fauzi bukan hanya dukungan kepada sosok individu, tetapi kepada semangat membangun Sumenep dengan akal sehat dan keberpihakan kepada rakyat.
Salam akal sehat! (***)